Sunday, April 15, 2007

Perjalalan ke Timur


Sebuah puisi telah lahir di tanah Timor. Baitnya lirih namun ku dengar kian menyata perasaan. Menuju ke arah bukit batu, ku dengar tangisan yang lalu. Tentang negri yang subur dan silam yang gemilang. Menuju ke Kampung raja, pekuburan batu menjadi saksi bisu. Perihal tradisi dan mitos. Manakala, senyum dihabisi oleh waktu, yang kudengar hanyalah dengung derit batu yang sengau menahan kesepian.
Dari Kefa sampai Atambua, hanya kudengar ribuan anak-anak kelaparan di perbatasan. Kau mungkin sudah tak tau. Kenapa sepi juga mengulang menjadi lagu di tempat peribadatan. Tiada ku tau, sudah jauh perjalanan ke Timur. Satu catatan ke catatan yang lain. Selendang ke selendang yang macam warna, ku mendengar kemiskinan meranggas setiap rumput diinjak.
Sebuah puisi sudah dicoretkan ke atas batu-batu. Cuma sedikit waktu, kita mengenal kembali tanah air yang jauh dari kelahiranku.