Wednesday, March 21, 2007

Hujan di kotaku


Ketika hujan menjauh, sepertinya kita berhenti di ujung yang lain. Siapa sesungguhnya yang mengetuk pintu dari balik kegelapan ? Mungkin, di sinilah teka-teki hendak dibangun. Jauh sebelum terjawab,seketika, yang menjadi pertanyaan melolong menuju sebuah peradaban "yang lain." Ketika hujan menjauh, kata-kata yang sudah terucapkan, sejenak terlupakan.
Ketika jalan meretas, kemudian kekeringan, kemudian anak-anak berangkat ke sekolah. Maka, terlupakanlah cerita hari kemarin. Tentang, sekian banyak orang-orang mengungsi di sekolahan, perihal nasi bungkus yang datang kesiangan. Sejenak, kita melupakan; sekian banyak pejabat mendatangi, nampaknya belum tentu semuanya tulus juga.
Jalanan, kembali macet. Orang entah apa juntrungnya, kembali membaca koran tentang; apa saja sudah ditelan. Kota ini, memang sudah sangatlah bebal. Harap maklum. Kita mungkin hanya sebuah cerita yang segera dilupakan. Ada banyak hal yang lebih penting. Ke depan, orang-orang akan berlomba menjadi presiden. Uang berhamburan untuk apa yang kita pahami sebagai MERCUSUAR KEKUASAAN.
Kapal tenggelam di selat Jawa, tanah longsor di Manggarai, Kapal Meledak di bandara Adi Sutjipto, mari kita padamkan dalam ingatan. Sebab ada yang lebih besar dalam penantian. Itulah, teka-teki. Memang, cukup panjang sungai mengalir dari hulu ke lauatan. Yang kita ketahui, hanyalah sobekan kertas yang bercerita, yang telah disimpan dalam sejarah yang gelap.
Kemana kita harus mencari ? Mungkin, kita harus mengetuk ke dalam pintu hati terdalam. jangan tanya sabab musabab, jangan hiraukan kritik atau gosip di televisi.
Marilah, kita kembali di hadapan kata-kata. Untuk kemudian melupakannya.