Thursday, March 22, 2007

Cerita Semalam


Belum usai sisa dingin semalam. Sesekali kabut melintas menjemput matahari. Pagi yang sama, datang. Tenda mulai dibereskan. Suara kanak-kanak bermain di tengah lapangan. Tiada yang menduga, kita cuma punya masa silam. Memandang cakrawala yang baru bangkit dari beku, ku merasakan harapan sudah lumpuh di tempat ini. Lihatlah ke arah jalan kecil, dekat bukit hijau yang bersisa, air menguncur tersendat-sendat, memberikan kita sebuah kesaksian.
Mobil-mobil truk pengangkut teh sudah menghampiri. Sepasang burung liar berkasihan diantara rumput hijau di tengah lapangan. Kian terasa sepi menjadi. Anak-anak sudah mulai masuk ruang kelas masing-masing. Pelajaran ilmu bumi telah diputar mengubah dunia menjadi optimis. Ada harapan di sana. Puluhan masa depan dijereng lebar-lebar, meyakinkan pada kita tentang republik yang tengah digadaikan.
Jauh di hamparan bawah bukit, rumah penduduk berbanjar acak. Mereka beranak pinak, membuat kehidupan tiada yang berubah. Kemiskinan, sulitnya mendapat pendidikan dan wajah lain Indonesia yang menderita. Ku di sini, menatap awan putih mulai meninggi. Sekitar 200 anak-anak tiada beranjak untuk mengubah nasibnya. Adakah kita akan pergi meninggalkan mereka sendirian. Tak sampai hati rasanya.
Sabtu esok, mereka akan berlomba sepak kaki. Yang perempuan,katanya, ingin bermain kasti. Kata mereka, di sini tidak punya bola kaki. Amboi, sungguh sepi Indonesia di sini.
Tiada pesta dan makan yang enak. Tiada pembelaan, tiada semuanya.
Duduk bersila, merasakan waktu tiada berhenti, nasib manusia,memang, tiada yang tau. Kupikir, ini bukan soal nasib baik atau nasib buruk. Pasalnya, setiap kaki melangkah berbeda tujuan, berbeda cara menyelesaikan. Bilamana, kita semua diam dengan segala hal, bilamana kita tidak memperdulikannya, siapa pula yang akan merawat mereka menjadi manusia Indonesia ?
Andai ini semua sebuah teka-teki, telah kuputuskan, aku akan memecahkan masalahnya. Aku khan berjalan sampai tempat yang jauh, menemui mereka, menggapit tangan mereka, menuju tempat yang tidak pernah kita janjikan. Seperti juga angin dan cakrawala, semuanya berjalan seperti pada pusarannya. Akan terus diantaraku, tidak kubiarkan kau menangis sendirian. Segudang cerita khan kubongkar dari peradaban yang dilupakan. Mungkin, hanya sekedar mengurangi rasa sakit. Mungkin, hanya sekedar hiburan di musim dingin menerpa. Aku akan tetap di sini, menjadi sahabat di tempat yang memilukan.
Hujan rintik jatuh di tanah hijau. Tanah air tumbuh menjadi serangakaian cerita yang indah. Jangan kau berhenti untuk sebuah harapan. Kini pintu-pintu harus dibuka. Biarkan udara bebas menjempumu. Lebarkan bilah-bilah tangan, yang gagal dikepalkan. Tunjuk pada langit, kita akan menemukan masa depan. Biarkan anak-anak mengeja huruf demi huruf masa akan datang. Kemarilah, kita meneguhkan, masih tersisa jalan kecil untuk kita runut ke depan.
Kita hampiri kabut sisa semalam. Biar cuma kata-kata, semangat sudah kita tancapkan. Jangan berhenti.