Saturday, January 28, 2006

(Surat pada SBY):Tukar Pikiran


Tuan presiden, terlalu banyak pikiran anda. Tapi, itulah resikonya jadi orang nomer satu di negri ini. Menjadi kepala negara dari sebuah negri yang begitu luas dan banyak penduduknya,memang, membutuhkan kecerdasan. Makanya, sepantasnya anda harus bersyukur diberi kepercayaan itu. Tidak semua orang lho dapat kesempatan seperti anda. Bahkan, dengan segala susah payah dan berjuta-juta kemauan, orang-orang berlomba ingin menjadi orang nomer satu di negri kita ini.
Tuan presiden, entah dibaca atau tidak tulisan ini, saya akan menyampaikan surat terbuka ini untuk anda. Maksud saya sederhana, paling tidak orang lain tau bahwa masih ada orang yang mau memberi perhatian pada anda. Kalau sesekali ada sentilan ya harap dimaklumi. Mumpung kita masih menganut azas demokrasi, kiranya surat ini punya maksud baik kepada anda. Tuan presiden, kalau saja anda termasuk orang yang mau bersyukur, sungguh sangat senangnya saya. Pasalnya, di negri ini acapkali terlalu sedikit orang yang mau bersyukur, bahwa memegang kekuasaan adalah tugas mengabdi pada rakyat. Bahasa kerennya, ikut melayani rakyat. Itu tugas utamanya. Kalau anda mengira bahwa kedudukan sebagai presiden, semata-mata untuk kekuasaan itu sendiri, saya khawatir umur kekuasaan anda tidaklah lama. Banyak orang salah jalan, manakala seseoarng memegang kekuasaan. Akhirnya, tersesat jadi sok tau. Saya kira, anda tidak termasuk orang-orang macam beginian. Sejauh yang saya perhatikan, rakyat mulai jengkel pada anda, karena masalah kesulitan hidup. Pengorbanan ? wah rakyat sudah terlalu lama berkorban. Istilah tukang ojek, kapa rakyat menikmati hidup enak ? Kalau sudah begini khan anda mulai garuk-garuk kepala. Tapi itulah rakyat. Gak gampang menjadi pembela rakyat. Mau ambil sikap A, yang muncul adalah B. Selalu begitu.
Tuan presiden, saya kan terus mengirim surat di sini. Kiranya, anda tidak keberatan dengan gaya saya ini. Semoga selalu happy sebagai kepala negara.