Friday, January 27, 2006

Pintu


Sejenak aku memandang pintu tua itu. Entah sudah berapa juta manusia telah mengabaikannnya. Ia tak pernah merasa dikesampingkan. Sungguh, aku bisa mengerti rasa kesia-siaan yang mungkin juga kamu rasakan. Sesekali angin bertipu. Menggerak-gerakan tubuh pintu. Kukira kau tengah tersenyum padaku. Kau mengerti, anda yang tengah memperhatikanmu.
Nampak dari kejauhan, pintu tua itu masih nampak kokoh. tak bergeming. Yakin, akan tugasmu bagi orang-orang yang telah mengabaikanmu. Di situ, menjadi saksi beragam peristiwa, beragam cerita. Kau diam dalam kekuatan beku. Itulah kamu, pintu yang kuat dan tiada mengeluh.
Sudah berpuluh tahun. Bahkan kini, usiamu mendekati angka 100 tahun. Kau tiada rapuh jua. Mungkin, karena batang-batang kayu yang kuat, menjadi tulangmu, kau tidak akan lapuk diterpa angin dan percikan hujan. Pintu, sangat tua usiamu. Dingin,keras dan tiada catatan yang kau dapat utarakan. Kuat, seperti tahun-tahun yang akan menjemputmu, menjadi usiamu kian banyak.
Andai kau mengerti. Pintu tua, ku sangat mengagumimu, karena sikapmu yang kokoh. Itulah pendirianmu. Kini telah terbukti, kau tetap di situ menjaga kami semua.