Sunday, January 29, 2006
Kandidat Nobel itu
SBY jadi kandidat Nobel Perdamaian. Ya, kita disuruh untuk bangga. Kenapa harus bangga ? Hemat saya bukan di situ letaknya. Saya lebih bangga kalau SBY bisa menurunkan harga BBM atau membatalkan rencana kenaikan TDL. Itu lebih berharga. Bukan apa-apa, dalam kondisi seperti ini yang penting bukan masalah harga penghargaan. Kita butuh kelayakan makan dan hidup pantas. Ini penting, agar kita bersifat realistis. Bukan hanya melambungkan angan-angan. yang belum tentu ada gunanya buat bangsa ini.
Nobel, memang menjadi harapan banyak orang. dicalonkan memenangkan Nobel Perdamaian, ya lumayanlah. paling tidak, menghibur buat yang jadi calon pemenangnya. Rakyat ? Jangankan tau persoalan Nobel Perdamaian. Berdamai dengan perutnya saja, belum tentu dapat. Kita, memang suka mengada-ada. Setidaknya, kita tidak merasakan apa-apa dengan pencalonan pemenangan Nobel Perdamaian itu.
Rakyat, memang butuh makan. Bukan Nobel Perdamaian. Jadi, semestinya SBY jadi mengerti; bagaimana perasaan rakyatnya. Ya, demikianlah catatan yang makin getir. Makin menyakitkan hati kita bersama.