Saturday, December 10, 2005

Pohon kering


Menatap pohonan kering itu, ku ingat ibu. Ia telah tua, menuju senja yang bersahaja. Berkerudung warna putih, mengetam kehidupan. Daun-daun telah rontok berhari-hari silam, tiada janji, semuanya telah terjadi. Melewati kala yang panjang, meretas waktu yang kelu dan kelam. Tiada sesal, pohon kering dihampiri matahari sepanjang tahun. Selalu, begitu sepanjang detak meretak, sejauh kaki menjejak.

Melempar sudut pandang bola mata, pohon kering ngunggun dalam hari-hari yang sama. Terang dan gelap, tumbuh dan mati, menjadi saksi keliaran peradaban. Tiada gerak, seolah tiada kehidupan. sesekali, burung gagak menghampiri, menyelesaikan malam tertidur, terhanyut kantuk. Sesekali, terjaga juga. Waktu sudah berlarian, membawa cerita dan sejarahnya masing-masing.

Pohonan kering di lembah dan lereng bebukitan, hitam pekat warna langit. Sepi, udara pegunungan menyimpan penuh teka-teki. Beribu kaki telah dijejakan. Kenang-kenangan sekian orang, cuma sepi yang tertinggal. Tak apalah,sebab cuma sepi yang setia menemani. Menjadi penghibur kala ketidakpastian hinggap dalam hati. Menjadi rumah kala kekosongan hati menghampiri. Demikianlah, pohon kering yang berdiri tegak sepanjang hari. Sepanjang perdaban yang menyisakan harapan dan kematian. Tak apalah. Sebab sepi yang paling abadi.

No comments: