Saturday, November 26, 2005

ALANGKAH BODOHNYA


Mengira, waktu cuma berputar satu kali. Berlarut peristiwa, tibalah saatnya mereka meyakini; tibalah penghinaan kembali. Bajunya yang kuning, dikibarkar-kibarkan di atas mimbar. Aku, telah menemukan kebodohanku kembali, ujarnya penuh seteru. Mereka lupa, penindasan akan menemukan caranya sendiri untuk mati.

Orang-orang itu tiada malu. Melinggis kepala setiap manusia yang hidup, bahkan menikam mayat-mayat. Agar sejarah tak bangkit menjadi kekuatan. Kini, dengan kebohongan yang hampir serupa, mimbar kembali digelar. Kelambu, dijulurkan. Pesta dengan cahaya dan bola api buatan, musik partai dikumandangkan, mereka hidup kembali untuk menancapkan penindasan.

Begitu bodohnya. Kita, selalu mengulang-ngulang ketololan yang sama. Mayat-mayat tiada berjejak, buku-buku dikuburkan, kemiskinan dikembangbiakan, mulut-mulut dibungkam, dan kita menerimanya. Menyerah. Kenapa ? Kekuasaan lebih menggoda. Uang dan kedudukan, mengubah segala semangat menjadi kotoran dalam sepatu. Kita,semua, betapa tololnya.

Berapa generasi telah mati, ketika orang-orang berbaju kuning itu memuntahkan kotoran dari seluruh lobang badannya. Kita mempercayai saja. Mengira, menduga; mereka dapat merubah. Tidak mungkin, mereka berubah. Mereka para penghianat, bahkan buku dirobek dan dibakar. Rakyatnya sendiri, bahkan digantung dan dipenggal dengan tawanya yang panjang. Kenapa kamu masih percaya ?

Setiap waktu, nafas kita dihentikan. Kepala dilinggis, kemudian dibenturkan batu berlogam. Tiada menyadari, seudah berulangkali muka setiap orang diludahi. Kita menerimanya saja, seperti tiada kejadian yang menakutkan, merepotkan jantung sendiri. Orang-orang itu menari-nari di atas angina yang melintas diantara perubahan dan omong kosong. Namun, kita selalu bodoh memahaminya. Semuanya, seluruhnya diterima dengan suka cita.

Tiada waktu yang bisa dihentikan. Raja itu kembali diberi penghargaan dan tongkat untuk berjalan. Maafkan saja, biarkan ia dianggap berjasa. Revolusi 1998, cuma tinggal cerita.Anak-anak yang berjalan cepat dan berteriak-teriak di atas metro mini sudah berubah. Menjadi antek atau membiarkan dirinya menjadi anggota partai yang melelehkan bangsa ini menjadi dungu. Kita,memang sangatlah bodohnya. Kenapa ?

No comments: