Thursday, August 09, 2007

PIERRE FELIX BOURDIEU


Pierre Felix Bourdieu adalah salah seorang pemikir Prancis paling terkemuka yang dikenal sebagai sosiolog, antropolog dan pada masa akhir hidupnya dikenal sebagai jawara pergerakan antiglobalisasi. Karyanya memiliki bahasan yang luas mulai dari etnografi dan seni, sastra, pendidikan, bahasa, selera cultural dan televisi. Pierre Felix Bordieu lahir pada tanggal 1 Agustus 1930 di Desa Denguin, distrik Pyreness-Antlantiques, Barat Daya Prancis putra seorang pegawai pos desa. Dia menjalani pendidikan SMA-nya (Lycee) di Pau sebagai siswa yang cemerlang dan terkenal disekolahannya sebagai bintang rugby. Dia kemudian pindah ke Lycee louis-le-Grand di Paris. Dari sinilah dia bisa diterima masuk Ecole Normale Superieure dan belajar filsafat kepada Louis Althusser. Pada saat itu Bourdieu tertarik pada pemikiran Marleau-Ponty, Husserl. Dan telah membaca karya Heiddegger Being and Time dan tulisan Marx muda untuk kepentingan akademisnya. Tesisnya pada tahun 1953 merupakan terjemahan dan ulasan Animadversiones karya Leibniz.

Pada tahun 1955 dia sebagai pengajar Lycee (SMA) di Moulins, kemudian bergabung dengan ketentaraan dan dikirim ke Aljazair selama dua tahun. Pada tahun 1958 dia menjabat sebagai pengajar di Universitas Aljazair. Disinilah Bordieu belajar bercocok tanam tradisional dan budaya Berber. Dia juga mempelajari benturan antara masyarakat Aljazair dengan kolonialisme Prancis dengan mengkonstruksi asal-usul struktur ekonomi dan social khusunya masyarakat Kabyle suku Berber dan menghasilkan sebuah buku pertamanya yang berjudul “ Sociologie de I Algerie” atau “The Algarians”. Jauh sebelum Mei-Juni 1968 Bordieu telah menfokuskan perhatiannya pada lembaga mahasiswa untuk keperluan penelitian yang memperluas bidang pengajaran dan profesoriat.

Pada tahun 1960, Bourdieu kembali ke Paris sebagai antropolog autodidak dan mengajar di universitas Paris dan Universitas Lille pada tahun 1952-1964. Di perguruan tinggi tersebut Bourdieu mendirikan pusat Sosiologi Pendidikan dan Budaya. Pada tahun 1968 menjadi direktur Centre de Sociologie Europeenne dan mempelopori riset kolektif tentang permasalahan pelestarian system kuasa dengan menggunakan transmisi dari budaya dominan. Tahun 1981 Bourdieu memegang jabatan di bidang sociologi di Colllege de France. Tahun 1993 mendapatkan anugerah penghargaan “ Medaille d’or du Centre National de la Recherche Scientifique” (CNRS). Dan dari tahun 1962-1983 dia berumah tangga dengan Marie-Claire Brizard.

Pada tahun 1975 Bourdieu meluncurkan jurnal Actes de la Recherche en Sciences Sociales untuk meruntuhkan mekanisme sehingga produksi budaya dapat menyokong struktur dominan masyarakat. Tulisannya semakin mengalami pembalikan radikal pada tahun 1990-an. Pada pertengahan tahun 1990-an Bourdieu bergabung dengan sejumlah aktivitas diluar lingkaran akademis. Pada tahun 1993 dia melancarkan tudingan besar-besaran ihwal konsekuensi manusiawi atas tatanan nonliberal yang dihabiskan oleh sosialisme Prancis, “La Misere du Monde” yang menandai perubahan pendiriannya. Pada tahun 1995 dia memegang peranan utama dalam mengerahkan dukungan intelektual melawan pemerintahan Juppe. Setelah itu ia kembali menjadi juru bicara yang tidak kenal lelah dan mengorganisir oposisi politik terhadap kembalinya rezim PS dari Joepin karena sakit hatinya.

Bordieu juga mendukung gerakan para pekerja rel, menjadi juru bicara tunawisma, menjadi tamu diberbagai siaran televisi. Pada tahun 1996 menjadi pendiri perusahaan penerbitan Liber/Raisons d Agir. Pada tahun 1998 menerbitkan artikel di surat kabar Le Monde yang membandingkan tentang “strong discourse” dari neo liberalisme dengan posisi diskursus psikiatri di Asilum. Bordieu juga memobilisasi advokasi kiri, advokasi gerakan Eropa dan melancarkan serangan gencar ihwal korupsi media Prancis dan Konformisme cendekiawan Prancis. On The television yang diterbitkan pada tahun 1996 disusun dari dua kuliah merupakan best seller yang mengejutkan di Prancis. Bordieu menganggap televisi sebagai bahaya serius bagi seluruh area cultural yang beragam. Televisi mendegradasi jurnalisme, karena televisi harus berupaya untuk menjadi inofensif.

Yang mempengaruhi pemikiran Bordieu sangat beragam, karena dia menggabungkan sosiologi, antropologi, dan filsafat. Dia menulis karya klasik dalam setiap bidang keilmuan. Mulai dari budaya selera dalam Distinction sampai kajian yang menyempal tentang social suffering dalam the Weight of the world, laporan tajam tentang gender dan kuasa dalam Masculin Domination hingga analisis tentang relasi pasar dalam The social structures of the economy. Buku Bordieu yang paling terkenal adalah Distinction : A Social Critique of the Judgement of Taste pada tahun 1984. Di dalam bukunya tersebut Bourdieu memperkenalkan istilah trajektori ketika membicarakan posisi orang-orang kaya baru dan orang-orang yang kehilangan kelas.

Di bidang sosiologi, Bordieu dikenal sebagai pakar sosiologi pendidikan yang mengkaji berbagai struktur kuasa didalam pengajaran. Dia menggambarkan sekolah sebenarnya mereproduksi pembagian cultural masyarakat dengan berbagi cara yang kelihatan ataupun tidak, disamping netralitasnya yang nampak. Sekolah didalam pemikiran Bordieu merupakan penggunaan kekerasan simbolik untuk melegitimasi tatanan social yang berlaku. Jika tatanan social berada diluar kendali maka akan terjadi kekerasan didalam masyarakat kita. Dalam teorinya Bordieu menyatakan bahwa tindakan social merupakan struktur tindakan itu sendiri dan keduanya dapat saling dipertukarkan. Negosiasi di dalam budaya berasal dari kesadaran habitus, dan pada tingkatan individu habitus juga berarti system perilaku dan disposisi yang relatif permanen dan berpindah dari satu objek ke objek lainnya secara simultan mengintegrasikan antara seluruh pengalaman sebelumnya.

Karya-karyanya lahir dari pengamatan empiris yang berdasarkan pada kehidupan sehari-hari dan dapat dilihat sebagai sosiologi budaya atau sebagai teori praktik. Istilah kunci didalam pemikirannya adalah habitus dan ranah. Bordieu memperluas gagasan tentang modal ke dalam beberapa kategori, seperti modal social dan modal budaya. Bagi Bordieu, posisi individu terletak diruang social yang tidak terdifinisikan oleh kelas, tetapi oleh jumlah modal dengan berbagai jenisnya dan oleh jumlah relatif modal social, ekonomi, budaya yang dipertanggungjawabkan. Sedangkan habitus diadopsi melalui pengasuhan dan pendidikan. Konsep tersebut digunakan pada tingkatan individu. Bordieu berpendapat bahwa perjuangan demi distingsi social merupakan dimensi fundamental dari seluruh kehidupan social yang merujuk pada ruang social yang terjalin kedalam system disposisi (habitus). Seluruh tindakan manusia terjadi didalam ranah social yang merupakan arena bagi perjuangan sumberdaya. Individu, institusi dan agen lainnya mencoba untuk membedakan dirinya dari yang lain dan mendapatkan modal yang berguna untuk arena tersebut. Dalam masyarakat modern terdapat dua system hirarkis yang berbeda yaitu; system ekonomi dimana posisi dan kuasa ditentukan oleh uang dan harta dan system budaya atau simbolik. Dalam system tersebut status seseorang akan ditentukan oleh banyaknya modal simbolik atau modal budaya yang dimilikinya sebagai sumber dominasi.

Asumsi-asumsi dasar

Objektivisme dan Subjektivisme Pierre Felix Bourdieu
Pemikiran dari Pierre Felix Bourdieu didasari oleh hasrat untuk menanggulangi adanya kekeliruan dalam mempertentangkan antara objektivisme dan subjektivisme. Pertentangan antara individu dan masyarakat 1. Pemikiran Bourdieu tidak hanya menjawab tentang asal-usul dan seluk beluk masyarakat melainkan juga menjawab persoalan baru yang diturunkan dari pemikiran terdahulu seperti pertentangan struktur dan agensi, factor objective dan factor subjective, objektivisme dan subjektivisme, nature dan history, doxa dan episteme, material dan simbolik, kesadaran dan ketidak sadaran, kebebasan manusia dan keterikatan oleh struktur, serta ekonomi dan budaya [2]. Permasalahan atau konflik diatas dalam pandangan Bourdieu akan dijelaskan dengan mengaitkan antara konsep dan praktek kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Dengan konsep tersebut Boudieu mengatasi adanya kesenjangan antara teori dan praktik, pikiran dan tindakan serta ide dan realitas konkret.

Bourdieu meletakkan pemikiran Durkheim dan hasil studinya tentang fakta social, strukturalisme Sussure, Levi-Strauss, dan structural Marxis kedalam penganut pandangan ovbjektivirme. Prespektif inilah yang menjadi dasar pandangan Bourdieu karena dalam pandangan tersebut hanya menekankan pada struktur objektiv dan mengabaikan adanya proses konstruksi social melalui proses dimana aktor akan merasakan, memikirkan dan membangun struktur ini dan mulai bertindak berdasarkan yang dibangunnya itu. Teori objektivisme menurut pandangan Bourdieu mengabaikan adanya keagenan. Untuk itu Bourdieu lebih condong pada pemikiran strukturalis yang tidak mengabaikan agen.

Persoalan awal yang digarap oleh Bourdieu adalah bagaimana suatu pengetahuan dan unsur-unsur budaya lainnya disebarkan serta berpengaruh didalam suatu masyarakat. Bourdieu berusaha untuk menjelaskan secara komprehensif dinamika kehidupan masyarakat dengan membedakan struktur objektif dan subjektif yang berupa disposisi yang ada di dalam diri individu. Bourdieu melihat bahwa konsep oposisi agensi vs struktur tidak memadai untuk mejelaskan realitas sosial. Praktik sosial tidak begitu saja dijelaskan sebagai produk dari struktur atau agensi sebagai subjek. Penjelasan relasional yang menunjukkan dinamika hubungan antara agensi dan struktur diperlukan untuk menemukan hubungan saling mempengaruhi yang tidak linier diantara keduanya.
Bourdieu menentang pandangan Cartesian yang membedakan secara jelas antara subjek dengan dunia luar, begitu juga agensi dan sruktur. Keduanya saling terkait dan saling mempengaruhi dalam suatu proses kompleks untuk menghasilkan praktik social. Pada pandangan Bourdieu struktur objektif merupakan pengaruh marxisme yang menjadi dasar pandangan Bourdieu mengenai fenomenologi. Sedangkan struktur subjektif merupakan pengaruh fenomenologi yang mendasari pandangan Bourdieu mengeai Marxisme. Dasar Marxisme modern yang diambil Bourdieu menekankan pada factor ekonomi sebagai struktur yang membentuk manusia dan mengabaikan subjektivisme manusia sebagai agen. Dan pemikiran dasar dari fenomenologi yang diambil Bourdieu didasarkan pada pertentangannya terhadap poposisi kehendak. Fenomenologi cenderung menempatkan manusia sebagai subjek penentu dengan kesadarannya dan menganggap sepi pengaruh realitas social yang tampil sebagai struktur objektif [3]. Bourdieu melihat struktur objektif sebagai bebas dari kesadaran dan kemauan agen yang mampu membimbing dan mengendalikan praktik mereka. Bourdieu juga menerima pemikiran konstruktive yang dapat menjelaskan asal-usul pola prespektif pemikiran dan tindakan maupun struktur social.

Bourdieu memusatkan perhatiannya pada hubungan dialektika antara struktur objektif dan fenomena subjektif yang teraplikasikan melalui praktik. Bourdieu melihat praktik social sebagai hasil hubungan dialektika antara struktur dan keagenan. Praktik tidak ditentukan secara objektiv dan bukan merupakan hasil dari kemauan yang bebas. Alasan Bourdieu memusatkan perhatian pada praktik adalah untuk menghindarkan dari pemikiran yang sering tidak relevan yang ia hubungkan dengan objektivisme dan subjektivisme [4]. Menurut Bourdieu aktor akan merasa berdasarkan posisinya didalam ruang social dan membangun kehidupan social adalah penting sebagai kajian sosiologi. Namun persepsi dan konstruksi yang terjadi didalam kehidupan social digerakkan dan dikendalikan oleh struktur. Analisis struktur objektif menurut Bourdieu tidak dapat dipisahkan dari analisis asal usul struktur mental aktor individu, begitu juga dengan struktur social yang tidak dapat dipisahkan dari analisis asal-usul struktur social itu sendiri.

Proposisi-Proposisi

1. Proposisi Ranah dan Ruang Sosial

Ranah diartikan sebagai sesuatu yang dinamis dimana ranah merupakan kekuatan yang bersifat otonom dan didalamnya berlangsung perjuangan posisi-posisi. Perjuangan ini di pandang mentransformasikan atau mempertahankan ranah kekuatan. Posisi-posisi ditentukan oleh pembagian modal untuk para aktor yang berlokasi di ranah tersebut. Kertika posisi telah dicapai maka mereka dapat melakukan interaksi dengan habitus untuk menghasilkan sikap-sikap yang berbeda dan memiliki efek tersendiri pada ekonomi, pengambilan posisi di dalam ranah tersebut.
Ranah selalu didefinisikan sebagai system relasi objektif kekuasaan yang terdapat diantara posisi social yang berkorespondensi dengan system relasi objkektif yang terdapat diantara titik-titik simbolik antara lain karya seni, manifesto artistic, deklarasi politik dan sebagainya. Struktur ranah didefinisikan pada suatu momen tertentu oleh keseimbangan antara titik-titik ini dan antara modal yang terbagi. Ranah digunakan dalam peristiwa tertentu sebagai upaya untuk mengidentifikasikan struktur dan berbagai penggunaan ranah sebagai metode yang mengkonstruksi penelitian. Didalam “ Outline of Theory of Practice “ (1977) atau “ Homo Academicus” (1988) ranah mengidentifikasikan arena perjuangan pada ranah intelektual Paris, ranah sastra, ranah selera artistic dan sebagainya.

Bourdieu mencoba memberikan contoh ranah yang digambarkan di dalam analisnya tentang pendidikan tinggi di Prancis. Dimana penggambaran ranah ada pada seluruh fakultas, grande ecole, petite ecole dan sekolah-sekolah tinggi teknik. Aspek utama yang mengkarakteristikkan seluruh institusi ini dan juga mahasiswa yang beserta aspirasi yang mereka miliki tentang pendidikan merupakan integrasi antara praktik pendidikan dan struktur objektif. Mahasiswa Paris berhadapan dengan berbagai prospek kerja yang sangat bergantung pada kualitas gelar mereka dan pada peringkat sebagai simbolik dan objektif sekolah tersebut di dalam ranah pendidikan. Sehingga ranah bukanlah suatu konstruksi teoritis yang diberlakukan secara apriori, tetapi suatu konstruksi yang hanya dapat ditentukan melalui riset empiris dan penelitian etnografis.
Ruang social sebagai bentuk dari ranah memandang realitas social sebagai topologi (ruang) yang terdiri dari beragam ranah yang memiliki sejumlah hubungan antara satu dengan yang lainnya. Ruang social hendaknya dilihat pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi sebagai sebuah ranah kekuatan. Ide mengenai ruang social tidak dapat dipaksakan secara apriori melainkan harus dimengerti dari pengamatan empiris, coraknya yang tepat, dan konfiguirasi kekutan –kekuatannya yang diperoleh dari bukti yang tersedia.

2. Proposisi Habitus

Habitus adalah struktur kognitif yang memperantarai individu dan realitas social. Habitus juga merupakan struktur subjektif yang terbentuk dari pengalaman individu berhubungan dengan individu lain dalam jaringan struktur objektif yang ada di dalam ruang social. Habitus di indikasikan sebagai skema-skema yang merupakan perwakilan konseptual dari benda-benda dalam realitas social. Dalam perjalanan hidupnya manusia memiliki skema yang terinternalisasi dan melalui skema-skema itu mereka mempersepsi, memahami menghargai serta mengevaluasi realitas social. Berbagai skema tercakup didalam habitus seperti konsep ruang, waktu, baik-buruk, sakit-sehat, untung-rugi, berguna-tidak berguna, benar-salah, atas-bawah, depan-belakang, kiri-kanan, indah-jelek, terhormat-terhina. Skema tersebut diwujudkan didalam istilah sebagai hasil penamaan. Skema tersebut membentuk struktur kognitif yang memberi kerangka acuan sebuah tindakan kepada individu di dalam setiap keseharian mereka.
Skema tersebut diatas dapat dicontohkan dengan skema “sakit” yang merujuk pada suatu kondisi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami oleh manusia. Karena sakit tidak menyenangkan maka tindakan manusia harus diarahkan untuk menghindarinya, termasuk menghindari orang-orang yang mungkin menyebabkan munculnya kondisi sakit. Contoh yang lain misalnya skema “pendidikan” merujuk pada cara terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik di dalam masyarakat. Oleh karena itu kualitas hidup yang menyenangkan dan menguntungkan, maka pendidikan itu baik, sehingga tindakan-tindakan yang mengarahkan individu pada perolehan pendidikan itu perlu dilakukan.

Habitus juga dapat dikatakan sebagai ketidaksadaran cultural yakni pengaruh sejarah yang tidak disadari dianggap alamiah. Oleh karena itu habitus bukanlah pengetahuan ataupun ide bawaan. Habitus adalah produk sejarah yang terbentuk setelah manusia lahir dan berinteraksi dengan masyarakat dalam ruang dan waktu teretentu [5]. Habitus menurut Bourdieu merupakan hasil pembelajaran melalui pengasuhan aktivitas bermain, belajar, dan pendidikan masyarakat di dalam arti luas. Pembelajaran yang dilakukan terkadang tidak kita sadari dan secara halus dan tampil sebagai sesuatu yang wajar, sehingga akan kelihatan alamiah atau berasal dari sananya. Habitus juga mencakup pengetahuan dan pemahaman seseorang mengenai dunia yang memberikan konstribusi tersendiri pada realitas dunia itu. Habitus juga berubah-ubah yang mengupayakan adanya kompromi dengan kondisi material. Hal ini akan memberikan konstribusi baru untuk membangun sebuah prinsip baru untuk memunculkan sebuah praktik di dalam individu.

Bourdie menekankan bahwa habitus adalah konstruksi perantara bukan konstruksi yang mendeterminasi. Habitus juga merupakan sebuah sifat yang tercipta karena kebutuhan. Habitus berhubungan dengan harapan-harapan dalam kaitannya dalam bentuk modal yang secara erat diimbangi dengan berbagai kemungkinan obyektif. Habutus secara erat dihubungjkan dengan modal karena sebagian habitus tersebut yang berupa fraksi social dan budaya berperan sebagai pengganda berbagai jenis modal. Dan pada kenyataannya ia menciptakan sebentuk modal simbolik didalam dan dari diri mereka sendiri.

3. Proposisi Modal

Modal menurut Bourdieu mempunyai definisi yang sangat luas, dan mencakup hal-hal material yang dapat memiliki nilai simbolik dan signifikansi secara cultural. Misalnya Prestise, status dan otoritas yang dirujuk sebagai modal simbolik serta modal budaya yang didefinisikan sebagai selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi [6]. Modal budaya juga dapat berupa seni, bahasa dan pendidikan. Menurut Bourdieu modal sebagai relasi social yang terdapat didalam suatu system pertukaran baik material maupun symbol tanpa adanya perbedaan.
Modal harus ada didalam sebuah ranah. Di dalam rumusan generatif Bourdieu diejalaskan tentang keterkaitan antara habitus, modal, ranah yang bersifat langsung. Dimana nilai yang diberikan modal dihubungkan dengan berbagai karakteristik social dan cultural habitus [7] . Dalam hal ini Bourdieu juga memandang modal sebagai basis dominasi yang dapat dipertukarkan dengan jenis modal yang lainnya. Penukaran yang paling hebat menurut Bourdieu adalah pertukaran simbolik, karena dalam bentuk inilah bentuk modal yang berbeda dipersepsi dan dikenali sebagai sesuatu yang legitimate. Contoh yang jelas untuk menggambarkan penjelasan mengenai modal diatas adalah penggunaan kekuasaan sebagai modal simbolik untuk mewakili pendapat umum mencoba mempresentasikan dunia social melalui penggunaan hukum yang bertujuan untuk memberikan negara sebuah jaminan dalam segala bentuk nominasi resmi. Dan pada akhirnya akan memberikan sebuah identitas yang resmi. Identitas ini akan dapat memunculkan pengidentitasan baru tentang modal ekonomi dan budaya.

4. Proposisi Praktik

Diskusi tentang modal menghantarkan Bourdieu untuk memikirkan tentang praktik sebagai rumusan hasil secara luas yang dapat di konseptualisasikan baik dalam kerangka individu maupun berbagai kelas. Pandangan Bourdieu mengenai metode generatifnya tersebut didasarkan pada presentasi timbal balik antara struktur objektif dan subjektif. Sebagai sebuah dialektika, hal ini merupakan sebuah upaya untuk keluar dari kebuntuan perdebatan struktur dan agensi di dalam ilmu social.
Rumusan generatif yang dikemukakan oleh Bourdieu mampu memodifikasi efek-efek di dalam ranah-ranah yang berbeda, sekaligus mendatangkan hasil praktek yang secara relatif tidak terduga oleh para agen individual. Menurut Bourdieu praktik memiliki sisi ekonomi jika melibatkan benda-benda atau material maupun simbolik, yang mempresentasikan dirinya sebagai sesuatu yang jarang dan layak untuk dicari. Pandangan Bourdieu tersebut didasarkan pada praktik yang ada di dalam masyarakat arkais dimana kita harus melihatnya kembali bahwa didalam masyarakat arkais tidak ada perbedaan praktik. Dimana struktur objektifnya sangat stabil dan struktur mentalnya diproduksi secara utuh, sehingga walaupun struktur itu berubah dapat mudah dikenali dan ditafsirkan sebagai sesuatu yang benar dengan sendirinya. Kesesuaian objektif dan mental menurut pandangan Bourdieu dinamakan sebagai “doxa”. Dalam gambaran masyarakat arkais yang dikemukakan oleh Bourdieu dominasi pasti bersifat langsung dan diperbaharui secara konstan, karena kekuasaan berasal dari relasi-relasi fisik yang bersifat langsung.

Sebagai akibat dari krisis pembagian kelas maka homology antara struktur objektif dan subjektif menjadi retak dan munculah praktik-praktik yang menghancurkan kepaduan doxa dan mengembangkan kehidupan praktik itu sendiri. Praktik seperti ini tidaklah bersifat otonom, sebab mereka dipandang eksis hanya sebagai varian struktur yang diterima. Mereka bergantung pada hubungan antara kelompok yang memberi otoritas dan yang bertindak atas dasar otoritas. Menurut Bourdieu otonomi sebagai ranah diciptakan olek praktik para intelektual melalui konstruksi ranah ekonomi yang dipertentangkan dengan ranah-ranah yang lainnya. Namun praktik memiliki kadar otonomi yang berasal dari aspirasi agen yang memperoleh modal simbolik yang berfungsi untuk menyembunyikan relasi kekuasaan actual dan menyamarkan dominasi atau hal-hal yang bersifat ekonomis.

5. Proposisi Doxa

Doxa menurut pandangan Bourdieu merupakan kesesuaian antara struktur objektif dan mental. Karena pandangan mengenai ortodox dan heterodox tidak akan memiliki arti ketika tidak ada pertimbangan alternatif. Dalam outline of theory and practice Bourdieu memperkenalkan kata doxa yang mengacu pada skema-skema pemikiran dan persepsi yang dihasilkan oleh struktur-struktur objektif, yang dialami sebagaimana sesuatu yang alami dan terbukti dengan sendirinya, sehingga mereka diterima begitu saja. Doxa terbentuk dari semua system klasifikasi yang menetapkan batasan-batasan pola kesadaran (cognition) sekaligus menghasilkan kesalah pengenalan atas keberubah-berubahan yang menjadi dasar mereka (system-sistem).[8]

Unit Analisis dan Metodologi

Bourdieu mengembangkan pendekatan strukturalisme generatif yang ditawarkan sebagai kerangka teori dan metoda untuk memahami kompleksitas realitas social. Pendekatan ini mendiskripsikan suatu cara berpikir dan cara mengajukan pertanyaan. Cara berpikir dan bertanya dirancang untuk memahami asal usul struktur social maupun disposisi habitus para agen yang tinggal didalamnya. Dengan pendekatan ini Bourdieu mengajukan sebuah teori bagi analisis dan dialektis atas kehidupan praktis dan menawarkan kesanggupan untuk menunjukkan hubungan saling mempengaruhi antara praktek ekonomi personal dengan dunia sejarah kelas dan praktek social eksternal.
Pendekatan ini menggunakan cara berpikir relasional antara struktur objektif dan representasi subjektif, serta menghindari adanya reduksi interaksi konkret diantara masyarakat. Akibatnya pendekatan ini sangat kompleks, karena bertujuan untuk memahami kehidupan social yang sangat kompleks. Strukturalisme generatif diajukan oleh Bourdieu untuk memahami asal-usul social ataupun disposisi habitus dari para agen yang tinggal didalam struktur-struktur ini. Oleh karena itu pendekatan ini menggunakan analisis yang sangat mendalam dan mencakup banyak aspek kehidupan social.
Dua konsep utama dan krusial bagi karya Bourdieu adalah istilah habitus dan ranah (field). Konsep-konsep penting tersebut ditopang oleh sejumlah ide lain seperti kekuasaan simbolik, strategi dan perjuangan (kekuasaan simbolik dan material), beserta beragam jenis modal ekonomi, modal budaya dan modal simbolik. Bourdieu dipandang telah mampu menjelaskan secara komprehensif bagaimana terjadinya praktik social. Bourdieu berhasil merumuskan sebuah teori tentang praktik social yang memberi kerangka bagi analisis terhadap kehidupan social secara indigenous. Dengan konsep habitus, ranah, modal atau kapital dan praktik yang dapat digunakan untuk menggali keunikan yang ada didalam masyarakat mulai dari karakteristik subjektif individu sampai karakteristik dari struktur objektif. Konsep tersebut digunakan untuk memahami hubungan antara agensi dan struktur yang tidak linier dan khas yang ada di dalam masyarakat. Dengan metode tersebut kita dapat memahami bagaimana sebuah nilai, norma, pengetahuan dan tindakan social itu terbentuk.

Dalam mengembangkan posisinya Bourdieu melakukan dua keterputusan dengan Marxisme modern yang menurutnya lebih Marxis dibanding dengan Marx itu sendiri. Serta dengan pengetahuan fenomenologis Bourdieu mencoba menjelaskan tentang konsep hakikat (truth) pengalaman dunia social dan kondisi-kondisi kemungkinannya sendiri. Menurut pandangan Bourdieu di dalam Marxisme orang harus memutuskan hubungan dengan ekonomi yang mereduksi ranah social menjadi ranah ekonomi. Di dalam Marxisme orang juga harus memutuskan hubungan dengan objektivisme yang cenderung mengabaikan perjuangan simbolik yang berlangsung didalam dunia social.


Kritik

Bourdieu merupakan seorang pemikir yang menolak teori murni yang kurang mempunyai basis empiris dan juga menolak empirisme murni yang dilakukan di dalam kevakuman teoritis. Menurut pandangan Jeankins proyek intelektual Bourdieu adalah proyek jangka panjang yang saling berkaitan dan bersifat kumulatif. Apa yang kemukakan oleh Bourdieu berusaha untuk membangun teori tentang praktik social dan masyarakat. Menurut Calhoun, pemikiran Bourdieu tersebut berusaha untuk merumuskan segala pemikiran yang berkaitan dengan aliran Frankfurt secara lebih luas (daripada menyederhanakannya ). Colhoun mengartikan teori kritis yang diajukan oleh Bourdieu sebagai sebuah proyek social yang dilakukan secara serentak dengan melakukan kritik terhadap kategori yang telah diterima, melakukan kritik terhadap praktik teoritiknya dan analisis substantif dalam kehidupan social serta analisis kemungkinannya.
Bagaimanapun juga teori yang ditawarkan oleh Bourdieu mempunyai sisi kelemahan. Teori yang ditawarkan oleh Bourdieu tidak mempunyai validitas universal. Sebagai contoh pemikirannya mengenai hukum transhistoris hubungan antar lingkungan yang pernah dikemukakanya. Sifat hubungan yang transhistoris antar lingkungan tersebut selalu menjadi persoalan yang empiris.