Thursday, July 20, 2006

Selamat Tinggal Kampret


Malam itu berjuta bintang menjulang, meraih cahayanya di langit bebas. Saat itu, milaran kata-kata diumbar lepas di padang savana bermil mil luasnya. Ketika itu, seluruh bahasa ungkap dilempar ke dalam telaga kebebasan. Semuanya, tidak bagi KAMPRET. Berlarian kaki kuda menjauh dari keramaian. Menerobos ruang sepi, tiada batas, tiada keyakinan. Agama telah ditaklukan, hari itu.
Kampret berjalan menuju pintu yang ke sejuta. Hanya tiris udara yang dirasakan menyergap tubuhnya. Ia kunci mulutnya, kemudian dilemparnya bandul kunci itu ke dangau di kejauahan awan dan langit yang menjanjika pengampunan. " Ku di sini, tiada jejak dan alamat pasti," ungkapnya pendek pada Marmut bermata ikan. Sungguh begitu kesepian, diantara lampu dan helaan musik elektro. Dimasukannnya serbuk kematian, pada mata sebelah kiri, kemudian tumbuh bunga-bunga kuning, seperti dekat pekuburan belanda, dekat kampung dan sorganya.
Di situ, buah-buahan dan ikan-ikan koi berterbangan ke awan lepas. Srigala memetik mawar, dipersembahkan pada sang malaikat bercelana jean, memakai jaket kulit. Tuhan tersenyum saja dari balik belukar. Tertegun menyaksikan awan menjaganya. Terkenanglah pada senapan yang menyalak-myalak di padang pasir dengan jutaan pancuran, serta onta-onta, juga Bush dan Clinton mengerat-ngerat daging manusia dari dunia ke tiga. (Lanjut: Bila diminati SMS saja ke 0811 86 11 85)