Monday, November 28, 2005

KEKUASAAN YANG LUPA


Nyatanya kekuasaan mati di tengah lautan omong kosong. Dari pintu ke pintu orang menyodorkan piring kosong. Semua janji berhenti, ketika kau mulai duduk dan menari-nari di tengah-tengah kematian, sepanjang hari dan kala. Kau memelintir kumismu yang sungguh cuma sejengkal. Untuk apa ? Kalau harga bensin naik melambung. Kalau harga air merambat naik. Kalau tarif angkutan kota tiada terjangkau. Untuk apa ?

Partai dan partai mulai rubuh sebab musabab uang serta kekuasaan. Cak Munir mati dibunuh, kau tak mampu mengungkapkannya. Uang untuk rakyat kau lipat-lipat, disembunyikan, dibawa lari ke bank – bank luar negri. Sekarang, kau ketahuan belangnya. Penguasa lama, yang menyengsarakan rakyat, justru kau berikan tanda penghargaan. Untuk apa ?

Aku letakan telapak tangan ke tanah. Air kering, orang-orang membawa nasibnya ke kota ini. Bisa apa yang dilakukanmu ? Tidak satu kata pun, yang dapat kau tawarkan. Janji-janji yang pernah diucapkan, hilang dari ingatan. Lupa dalam kekuasaan. Tidak satu pun seucap dan tindakan. Entah kenapa ? Mulutmu tertutup rapat. Ketika, orang-orang menagih janji. Menagih segala ucapan, segala omong kosong.

Tulang sudah dikeringkan. Anak-anak terus menangis, menutupi mukanya dengan kain. Ibu-ibu berlarian ke pertokoan. Beras sudah tidak dijual. Kota, kini menjadi sepi. Kelaparan, segera menyosong. Itu pasti. Kemarin, orang-orang mulai ketakutan gas elpiji bakal naik. Sementara pengangguran kian memuncak. Kita bisa bersama apa, bung ? tidak, kita tidak sama. Kau, sekarang sudah berkusa. Dan, kekuasaan selalu membuat kita lupa. Maklumlah, aku, wahai si bung yang gemar bersolek.

No comments: