Friday, October 26, 2007

Menyongsong Badai


Ikan bakar itu baru akan diolah. Menyaksikan pelabuhan yang enggan berhenti. Dan sebuah kapal pengakut bersandar. Di sana, di ujung pantai menjelang malam, lampu-lampu temaram menawarkan sepi yang abadi. Wuih, asap wangi ikan bakar menanti mata rasa menyantap. Kami ngobrol kemana-mana, tentang apa saja yang diyakini lucu.

Laut yang damai dan gelap, tiada terlelap. Tiada sepi dari harapan. Kota pelabuhan yang sepi, bukan berarti optimisme mati. Menyusuri pelabuhan di Waingapu, masa depan itu masih ada. Sedang kita tak tau, kenapa semuanya diabaikan. Betapa, Nusantara ini begitu luasnya. Ikan didapat dimana-mana. Kita merasa miskin ?

Tiada yang memulai yang datang ke sini. Mengubah baru jadi masa depan. Orang-orang bertumpu jauh di Jawa. Kini, mungkin kelak, Waingapu masih bermimpi tentang masa depan. Aku tidak tau. Minyak dituangkan. Rasa dihidupkan. Ikan digarami, semangat tidak berhenti di sini.

Kalau aku boleh menawarkan kenikmatan, banyak yang bisa kita kerjakan. Kita dapat mulai mengelola padang savanna yang bisu. Kita dapat menyebar biji jambu mede. Tidak selalu, kita harus merasa tertekan, ketika semuanya seolah tidak ada harapan. Memang benar, di Sumba kita banyak menemukan kesedihan. Bukan berarti, semuanya sudah berakhir. Di sini, sesungguhnya baru dimulai.

Saudara-saudara yang kehilangan pintu keluar, sebenarnya harapanmu tak jauh dari kakimu berdiri. Di waingapu, saudara-saudara kita yang berani sudah mulai berjualan. Ada baso, ikan bakar, masakan padang. Masih banyak lagi, mereka para pemberani, membelah batu, menyongsong masa gemilang.

Hanya para pemberani, yang dapat menunggang kuda berlari kencang. Tidak ada tempat untuk terdiam. Kita dapat mengolah,membangun sekolah, berdagang, membuka kegiatan di pelabuhan, menghidupkan transportasi antar pulau. Bisa kita lakukan. Kalau, sudah bersiteguh, betapa luasnya tanah Nusantara yang tiada yang mengolah.

Ikan bakar mulai menawarkan kenikmatan. Ikan segar yang hanya mati satu kali, kita santap dengan sambel kecap dan nasi hangat. Jangan lupa, masih terdapat optimisme yang harus tetap dihidupkan. Jangan bersesak-sesak di pulau Jawa. Datanglah ke sini dan memulai mengayunkan pacul untuk mengolah hidup. Tidak untuk Berhenti. Kita baru saja dimulai. Kita makan dari ujungnya, kita reguk the hangat. Menyongsong bunyi ombak laut dari kegelapan.