Tuesday, July 31, 2007

Menuju Padang Savana (Bagi Umbu di Bukit Kahiri)


Menuju padang savana, cuma masa lalu yang tersisa dalam kenangan. Menempuh bukit batu, aku dengar tangisan masa lalu yang senyap dalam pembantaian. Sejuta anak panah yang patah di tubuh para syuhada, yang ada cuma sisa peperangan antar suku yang kelam. Tiada yang dapat aku lupakan, sekian banyak kenangan pahit di sepanjang jalan kematian. Bukan kemudian menjadi sia-sia, nyawa dan masa depan yang kau berikan. Sudah seabad, sudah menjadi sejarah, juga pengalaman yang berharga, kalian terkenang di balik kuburan batu.
Karenanya, setiap pertarungan cuma menjadi masa silam. Dan kini, yang tersisa hanya rasa getir dan mata yang menggigil penuh rasa haru. Maka, ku terkenang, Umbu yang tua renta berselancar di atas langit dan awan masa silam. Tentang kerajaan yang dibangun dari tumpukan batu cadas, dari jerami dan pepohonan.
Menuju padang savana, anak-anak bermain di pinggiran kali kering. Bukit hijau, daunan, kupu dan serangga telah habis dibawa ke pulau Jawa oleh penguasa militer, untuk kemudian di tumpuk menjadi kerajaan cahaya, tanpa mereka mengerti, yang tersisa hanyalah tangis dan perbudakan.
Menuju Waikabubak, meninggalkan Waingapu, mengunyah sepi di pinggiran pantai, ku mengenang kau yang melambaikan tangan dari balik cahaya kematian.


Waingapu 2007